Monday, April 30, 2012

Rasul dan Nabi

                     Siang teman-teman :D pertemuan lalu kita sudah membahas tentang jin syaitan dan perkara gaib, kini kita bahas tentang nabi dan rasul.. jangan kuatir teman tentang keakuratan artikel ini karena sudah ada sumber yang jelas.langsung saja check it out 

A.  Pengertian Nabi dan Rasul
Secara etimologis Nabi berasal dari kata na ba a artinya berita, dalam hal ini seorang Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan menerima berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar sa la yang artinya mengutus. Dalam hal ini Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar risalah).
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja.  Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikan atau membawa misi (ar risalah) tertentu maka dia disebut juga Rasul[1].


1.  Nama-nama Nabi dan Rasul
Ahmad bin Hambal (164-241 H) meriwayatkan dalam kitab Musnadnya bahwa jumlah Nabi ada 124.000 orang dan jumlah Rasul ada 315 orang. Namun Allah menerangkan dalam Al Qur’an hanya 25 Nabi dan Rasul saja, mereka inilah yang wajib kita ketahui dan wajib pula kita mempercayai kenabian dan kerasulannya, yaitu;
1)      Adam a.s.                                11) Syu’aib a.s.                       21) Ayyub a.s.
2)      Idris a.s.                                  12) Musa a.s.                           22) Zakaria a.s.
3)      Nuh a.s.                                   13) Harun a.s.                          23) Yahya a.s.
4)      Hud a.s.                                   14) Ilyasa’ a.s.                         24) Isa a.s.
5)      Salih a.s.                                  15) Yunus a.s.                         25) Muhammad SAW
6)      Ibrahim a.s.                             16) Luth a.s.
7)      Ismail a.s.                                17) Ilyas a.s.
8)      Ishaq a.s.                                 18) Daud a.s.
9)      Ya’qub a.s.                              19) Sulaiman a.s.
10)   Yusuf             a.s.                               20) Zulkifli a.s.[2]


2.  Sifat-sifat Nabi dan Rasul
Secara umum setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji sesuai dengan statusnya sebagai manusia pilihan Allah SWT, baik dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan Allah SWT secara vertikal maupun dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. Sifat-sifat tersebut adalah;
1)      As Shidqu (Benar) artinya selalu berkata benar tidak pernah berdusta dalam keadaan bagaimanapun, apapun yang dikatakan oleh seorang Rasul baik berupa berita, janji, ramalan masa depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Mustahil seorang Rasul bersifat Kazib atau pendusta.
2)      Al Amanah (Dipercaya) artinya seorang Rasul selalu menjaga dan menunaikan amanah yang dipikulkan kepundaknya, perbuatannya akan selalu sama dengan perkataannya. Mustahil Rasul bersifat Khianat atau melanggar amanat, tidak seia-kata  dan perbuatan.
3)      At Tabligh (Menyampaikan) artinya seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikan. Mustahil Rasul bersifat Kitman atau menyembunyikan wahyu.
4)      Al Fathonah (Cerdas) artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran yang jernih, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Mustahil Rasul bersifat Baladah atau bodoh, dungu.
5)      Setiap Nabi dan Rasul Ma’shum artinya terpelihara dari segala macam dosa, baik yang kecil atau yang besar[3].

B.  Tugas dan Mukjizat Rasul
1.  Tugas-tugas Rasul
Semua Rasul yang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat Tauhid La Ilaha Illallah, mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah SWT semata menjauhi segala macam Thagut dan menegakkan agama (Iqamatu Ad Din) Islam dalam seluruh kehidupan.
Dalam menjalankan tugasnya para Rasul berperan sebagai Mubasysyirin dan Munzirin artinya memberikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan memberikan keridhaan, pahala dan balasan surga bagi orang yang beriman, taat, dan memberikan peringatan akan kemarahan dan azab Allah SWT bagi yang tidak mau beriman dan bagi yang durhaka[4].
Menegakkan agama dan beribadah kepada Allah terkait dengan iman kepada Allah, malaikat-malaikat, Kitab-kitab, para Rasul dan hari akhir sebagaimana terkait dengan amal saleh yang dapat membersihkan dan mensucikan manusia dan menanamkan kebaikan di dalam jiwanya agar mencapai kesempurnaan materi dan etika dalam kehidupan ini, sehingga siap menerima kesempurnaan yang lebih tinggi serta lebih kekal[5].

2.  Mukjizat Rasul
1) Pengertian Mukjizat
Dalam kamus Al Munjid Mukjizat dapat diartikan sebagai perkara yang menyelisihi keadaan yang biasa berlaku, yang manusia tidak sanggup mendatangkan yang sepertinya. Definisi Mukjizat menurut rumusan kitab “Itmamud Diroyah” adalah Suatu keadaan luar biasa yang timbul dari para Rasul, untuk menguatkan kedatangan mereka dan pengakuan mereka sebagai Rasul[6].
Ulama memberikan definisi Mukjizat adalah peristiwa yang bertentangan dengan adat kebiasaan yang diberlakukan oleh Allah untuk Nabi yang diutus agar dia mampu menegakkan argumentasi dan bukti yang pasti atas benarnya kenabian. Dengan demikian Mukjizat itu sangat diperlukan sedang menampakkannya adalah wajib agar tujuan penyampaian risalah bisa terealisir dan argumentasi Allah terhadap manusia dapat ditegakkan[7].
Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul dilengkapi oleh Allah SWT dengan Mukjizat yaitu kejadian yang luar biasa (Khawariqul Adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Kejadian yang luar biasa bisa juga terjadi pada orang-orang shaleh yang sangat dekat dengan Allah SWT atau yang lazim disebut dengan Waliullah[8].



2) Perbedaan Keramat dengan Mukjizat
Keramat adalah sesuatu yang timbul dari seseorang yang dianggap sebagai kekasih Allah SWT atau yang lazim disebut Waliullah dan merupakan tanda bahwa Allah memuliakannya. Bentuk dari keramat itu adalah sifat Istiqomah (teguh pendirian), memperoleh taufik atau pertolongan untuk langsung terus mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT, bertambahnya ilmu pengetahuan dan amal perbuatan, juga memberikan petunjuk yang benar kepada seluruh makhluk.
Syekh Ahmad Rifai mengatakan: Sesungguhnya para Waliullah  itu harus menutupi atau tidak menunjuk-nunjukkan kekeramatan yang diperolehnya sebagaimana seorang wanita harus menutupi atau tidak menunjuk-nunjukkan darah haidnya. Jadi Keramat itu berbeda dengan Mukjizat sebab mempertontonkan dan menyiar-nyiarkan Mukjizat itu adalah wajib agar dengan menggunakannya itu menjadi sempurnalah mentablighkan risalah dari Allah SWT[9].

3)  Fungsi Pokok Mukjizat
a)      Sebagai tanda bukti bahwa orang yang membawa atau memilikinya memang betul-betul seorang Rasul Tuhan.
b)      Sebagai senjata bagi para Rasul yang mempunyainya dalam menghadapi musuh-musuh yang menentang.

4)  Macam-macam Mukjizat
a)      Mukjizat Kauniyah, yaitu Mukjizat yang bersifat peristiwa alam seperti terbelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad SAW, dibelahnya laut dan dipancarkannya air dari batu oleh Nabi Musa a.s.
b)      Mukjizat Syahsiyah, yaitu Mukjizat yang timbul dari tubuh Rasul itu sendiri, seperti memancarnnya air dari celah-celah jari Nabi Muhammad SAW, menyembuhkan penyakit buta dan kusta oleh Nabi Isa a.s., dan memancarnya cahaya dari tangan Nabi Musa a.s.
c)      Mukjizat Salbiyah, yaitu Mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya sama sekali, seperti Nabi Ibrahim a.s. yang dapat menjadikan api tidak berdaya sama sekali, yaitu menghapuskan daya membakarnya api itu sehingga Nabi tidak terbakar.
d)     Mukjizat Aqliyah, yaitu Mukjizat yang rasional atau masuk akal contoh adalah Mukjizat Al qur’an.
Muhammad Al Husaini Adh Dhawahiri dalam bukunya “Tahqiqut Tam fi Ilmil Kalam” mengemukakan sistem pembagian yang lain. Dia membagi Mukjizat hanya ada tiga macam, yang terdiri dari:
1)   Mukjizat Tarkiyah, yaitu Mukjizat yang meninggalkan atau meniadakan, seperti ketiadaan membakarnya api kepada Nabi Ibrahim a.s.
2)   Mukjizat Fi’liyah, yaitu Mukjizat yang dapat memperbuat sesuatu hal yang oleh lainnya tidak mungkin dapat dikerjakan, seperti memancarnya air dari celah-celah jari-jari, menjadi kenyangnya sejumlah tentara Islam dengan hanya makanan yang sedikit oleh Nabi Muhammad SAW.
3)   Mukjizat Qauliyah, yaitu Mukjizat perkataan contohnya adalah Mukjizat Al qur’an[10].

C.  Rasul-Rasul yang Ulul Azmi dan Terakhir
1.   Rasul Ulul Azmi
Ulul Azmi maksudnya teguh hati, tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan  segenap tenaga yang dimiliki, hingga akhirnya tercapai juga. Sedangkan Rasul-Rasul Ulul Azmi adalah para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT.
Rasul-Rasul yang digelari dengan Ulul Azmi ada lima orang yaitu;
a)   Nabi Muhammad SAW
b)   Nabi Ibrahim a.s.
c)   Nabi Musa a.s.
d)  Nabi Isa a.s.
e)   Nabi Nuh a.s[11].
Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Ahqaf ayat 35 yang berbunyi: 
÷ŽÉ9ô¹$$sù $yJx. uŽy9|¹ (#qä9'ré& ÏQ÷yèø9$# z`ÏB È@ߍ9$# ÇÌÎÈ    
Artinya:  Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar (Ulul Azmi) … (QS Al Ahqaf: 35)[12].

Allah SWT juga telah menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dalam Surat Al Qur’an Al Ahzab ayat 7 yang berbunyi:
øŒÎ)ur $tRõs{r& z`ÏB z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# öNßgs)»sVÏB šZÏBur `ÏBur 8yqœR tLìÏdºtö/Î)ur 4ÓyqãBur Ó|¤ŠÏãur Èûøó$# zNtƒótB ( $tRõs{r&ur Nßg÷YÏB $¸)»sWÏiB $ZàŠÎ=xî ÇÐÈ  
Artinya:  dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh. (QS.Al Ahzab: 7)[13].
Beberapa Bukti kebenaran Risalah Para Rasul dibuktikan dengan dalil-dalil Naqly dan Aqly diantaranya;
1)                           Pembuktian Dalil-dalil Naqly
a)      Dinyatakan dan diberitahukan oleh Allah SWT tentang Rasul-Rasulnya dan Risalah kenabian mereka.
b)      Dinyatakan dan diberitahukan sendiri oleh Rasulullah SAW tentang dirinya sebagai Nabi dan juga tentang saudara-saudaranya Para Nabi dan Utusan-utusan Allah.
c)      Iman dan Kepercayaan berbilyun-bilyun umat manusia Muslim dan juga selain mereka dari Ahli Kitab yang beragama Yahudi dan Nasrani semua beriman dan percaya kepada Rasul-rasul Utusan Allah SWT.
2)                           Pembuktian Dalil-dalil Aqly
a)      Bahwa Allah SWT menciptakan makhluk-Nya  agar supaya mereka menyembah-Nya.
b)      Bahwa adanya pahala dan siksa pembalasan adalah merupakan keharusan dari akibat perbuatan ketaatan dan kemaksiatan yang membekas, berupa membersihkan dan mengotori jiwa[14].
c)      Rububiyah (kepengaturan) dan rahmat Allah SWT, menghendaki diutusnya Para Rasul kepada makhluk-Nya untuk mengenalkan Allah kepada mereka dan untuk membimbing mereka kepada kesempurnaan manusiawinya serta kepada kebahagiaannya di dunia dan di akhirat[15].

2.   Rasul Terakhir
Nabi Muhammad SAW diutus oleh  Allah SWT sebagai Rasul yang terakhir  sekaligus Rasul yang utama dari seluruh rangkaian Nabi dan Rasul. Sebagai Nabi yang terakhir yang telah menyempurnakan bangunan Dinullah dimulai dikerjakan secara bertahap oleh Nabi dan Rasul sebelumnya.
Beliau dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah 571 M. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Zuhrah bin Abdi Manaf. Bapaknya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Yang kalau diteruskan lebih kurang 17 keturunan lagi bertemu dengan Nabi Ismail a.s.
Pada umur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah binti Kuwailid seorang janda kaya bangsawan Quraisy yang dikenal berbudi baik. Umur 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi ditandai dengan turunnya wahyu pertama di Goa Hira’ ketika sedang mengasingkan diri untuk merenung (Tahanuts). Pada umur 52 tahun beliau mengalami satu peristiwa yang luar biasa yaitu Isra’ Mi’raj, peristiwa ini terjadi pada tahun duka cita (‘Amul Hazni) setelah Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia[16].

1). Mukjizat-Mukjizat Nabi Muhammad SAW diantaranya;
a)      Al Qur’an sebagai Mukjizat abadi.
b)      Dapat membelah bulan menjadi dua bagian untuk memenuhi tuntutan orang-orang musyrik.
c)      Dapat menghentikan matahari sesaat, dan juga dapat mengembalikan matahari itu sesudah terbenamnya.
d)     Dapat memancarkan air dari celah jari-jari tangannya sehingga dapat menjadikan minum bagi orang banyak.
e)      Dapat menjadikan makanan yang sedikit menjadi banyak sehingga mengenyangkan orang banyak.
f)       Dapat mengobati penyakit-penyakit yang sukar disembuhkan yang  diderita seseorang hanya dengan meraba orang yang sakit atau sekedar mendoakannya saja.
g)      Dapat menjadikan debu bisa mengalahkan musuh dengan hanya melempar debu segenggam tangan saja.
h)      Dapat berbicara dengan anak kecil yang belum pantas berbicara, binatang, pohon dan batu.
i)        Dapat meramalkan peristiwa yang belum terjadi tetapi kemudian betul terjadi dalam sejarah sebagai yang diramalkan.
j)        Perjalanan Isra’ Mi’raj yang beliau lakukan pada tahun 621 M[17].
k)      Memiliki dua telinga yang sempurna dan bisa memancarkan cahaya.
l)        Memiliki suara yang keras dapat didengarkan dari jarak jauh.
m)    Memiliki air ludah yang harum seperti bau minyak kasturi.
n)      Bisa berjalan cepat seakan-akan bumi melipat untuknya sehingga jarak tempuhnya menjadi dekat meskipun para sahabat susah payah mengikuti tetapi Rasulullah hanya melangkah biasa saja.
o)      Rambut yang bisa membuat para sahabat menang dalam melakukan tugas peperangan dan bisa menyembuhkan penyakit meskipun hanya dibawa helaian rambut tersebut.
p)      Memiliki postur tubuh yang ideal saat datang dengan kaumnya Rasulullah selalu menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.
q)      Mukjizat pada keringat Rasulullah baunya yang harum mengalahkan bau minyak ambar,misik ataupun minyak wangi yang lainnya[18].

2). Karya-karya kesuksesan Nabi Muhammad SAW diantaranya;
a)      Telah memberantas penyembahan berhala dan kedudukannya diganti dengan iman kepada Allah dan hari akhir.
b)      Memberantas kekerdilan dan kekurangan orang-orang jahiliyah serta mengganti kedudukan tersebut dengan keutamaan, kemuliaan, dan etika baik.
c)      Menegakkan agama Islam yang mengantarkan manusia pada tujuan baik dan sempurna.
d)     Mencetuskan revolusi besar yang mampu mengubah undang-undang, rasio, hati dan tatanan hidup yang dijadikan pegangan dan setandar orang-orang jahiliyah.
e)      Mampu menyatukan orang-orang Arab dan mendirikan negara yang kuat dibawah naungan panji Al Qur’an[19].




D.  Iman Kepada Rasul-rasul Allah
1.   Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Keimanan dalam ajaran Islam adalah merupakan pokok (Ushul) yang daripadanya keluar cabang-cabang ajaran Islam. Keimanan akan melahirkan perbuatan yang baik (amal shalih) yang merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Iman dan amal shalih ini biasa disebut juga aqidah dan syariah. Sedangkan aqidah dan syariah adalah sesuatu satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagaimana halnya satunya suara hati dengan langgam perbuatan[20].
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 136 yang berbunyi;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( Q.S. An Nisa:136[21]).

Sedangkan Masjfuk Zuhdi dalam bukunya “Studi Islam Jilid 1: Akidah” menjelaskan bahwa Iman Kepada Rasul-rasul Allah adalah percaya bahwa Allah telah memilih diantara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah. Mereka bertugas menyampaikan kepada umat manusia segala wahyu yang diterima dari Allah melalui Malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing mereka dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat[22].
Iman Kepada Rasul-rasul yang terdahulu dan kitab-kitab serta hukum yang diturunkan kepada mereka tidaklah berarti membenarkan kitab-kitab mereka yang sekarang yang telah dirubah dan diganti oleh para pengikut mereka, atau membenarkan khayalan-khayalan yang mereka ikuti seperti penyembahan Al Masih dan menganggapnya putra Allah.
Risalah Nabi Muhammad SAW tidak terputus dari kenabi-nabian terdahulu, bahkan beliau adalah mata rantai terakhir dari rangkaian risalah Illahi dan penyempurnaan-Nya. Tidaklah dianggap beriman kepada Nabi Muhammad SAW  siapa yang tidak beriman kepada Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., Nabi Ismail a.s., dan Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ishaq a.s., Nabi Ya’qub a.s., Nabi Dawud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan nabi-nabi yang lainnya baik yang kita ketahui dari cerita-caerita Al Qur’an maupun tidak. Dengan demikian agam Islam adalah agama yang mengumpulkan kebenaran murni dari semua agama terdahulu dan yang merangkum semua pokok ajarannya[23].

2.   Manfaat Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada para Nabi dan Rasul-rasul mempunyai dampak yang positif dalam kehidupan seseorang diantaranya;
a)      Mendidik orang Muslim agar bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara.
b)      Memberikan keyakinan kepada orang Muslim bahwa semua Nabi dan Rasul mempunyai misi suci (Mission Sacre) yang sama, yakni mengajak umat manusia untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah SWT serta beramal untuk mencari keridhaannya.
c)      Mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi penutup atau terakhir yang diberi tugas untuk menyampaikan ajaran agama yang paling lengkap untuk dijadikan Way Of Life bagi seluruh umat manusia sepanjang masa[24].
d)     Mengamalkan ajaran yang disampaikan oleh para Rasul Allah SWT, dan menjadikan Rasul sebagai suri tauladan hidup, baik sebagai pribadi maupun pemimpin umat.
e)      Mengetahui hakikat Rasul diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT[25].






I.       KESIMPULAN
Pertama,Secara etimologis Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan menerima berita (wahyu). Sedangkan Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar risalah). Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Dalam Al Qur’an hanya dketahui 25 Nabi dan Rasul saja.
Kedua, Semua Rasul yang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat Tauhid La Ilaha Illallah, mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah SWT. Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul dilengkapi oleh Allah SWT dengan Mukjizat yaitu kejadian yang luar biasa (Khawariqul Adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Adapun macam-macam mukjizat diantaranya Mukjizat Kauniyah, Mukjizat Syahsiyah, Mukjizat Salbiyah, Mukjizat Aqliyah.
Ketiga, Sedangkan Rasul-Rasul Ulul Azmi adalah para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT. Rasul-Rasul yang digelari dengan Ulul Azmi ada lima orang yaitu; Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad SAW sekaligus Rasul yang terakhir dan Rasul yang utama dari seluruh rangkaian Nabi dan Rasul.
Keempat, Iman Kepada Rasul-rasul Allah adalah percaya bahwa Allah telah memilih diantara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah. Mereka bertugas menyampaikan kepada umat manusia segala wahyu yang diterima dari Allah melalui Malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing mereka dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Catatan Kaki


[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta cet. kedua,  1993) hlm.133.
[2]  Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1: Akidah, (Jakarta Utara: CV. Rajawali, 1988) hlm.66-67.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam…op.cit. hlm.140-141.

[4]  Ibid hlm. 142-143
[5] Sayid Sabiq, Akidah Islam Suatu Kajian Yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyu, (Surabaya:Al Ikhlas,  1996) hlm.178.
[6] Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap, (Surabaya: PT. Bina Ilmu cet.ketujuh,  1990)   hlm.143.
[7]  Sayid Sabiq, Akidah Islam Suatu Kajian Yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyu .op.cit.hlm.209.
[8]  Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah Islam…op.cit. hlm.144.
[9] Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), (Bandung:CV. Diponegoro, 1996) hlm.351-352.
[10] Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap…. op.cit. hlm.144-147.
[11] Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah Islam…op.cit. hlm.146.
[12] Diterjemahkan Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur’an Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999) hlm.404.
[13] Ibid hlm.334.
[14] Abubakar Jaabir Al Jazaairy, Pedoman dan Program Hidup Muslim: Pokok-Pokok Dasar ‘Aqidah , (Semarang: CV. Toha Putra, 1984) hlm 81-88.
[15] Abubakar Jaabir Al Jazaairy, Pola Hidup Muslim: Minhajul Muslim Aqidah , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya cet. kedua, 1993) hlm 58.
[16] Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah Islam…op.cit. hlm.146-149.
[17] Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap…. op.cit. hlm.147-149.
[18] Syekh Sa’id bin Abdul Qadir Basyanfar, Visualisasi Fisik Rasulullah SAW, (Bandung: Irsyad Baitus Sakan, 2007) hlm 56-164.
[19]Sayid Sabiq, Akidah Islam Suatu Kajian Yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyuop.cit.hlm.201-202
[20] Hamzah Ya’qub, Ilmu Ma’rifah Sumber Kekuatan dan Ketentraman Bathin, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya cet. Keempat, 2001) hlm 36.
[21] Diterjemahkan Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur’an Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RIop.cit. hlm.79.
[22] Masjfuk Zuhdi.,Studi Islam Jilid 1: Akidahop.cit.hlm.63.
[23] Muhammad Abu Zahrah, Hakikat Aqidah Qur’ani: Kembali kepada Akidah yang benar Di dalam Qur’an dan hadits., (Surabaya: Pustaka Progresif, 1991) hlm 141-143.
[24] Masjfuk Zuhdi.,Studi Islam Jilid 1: Akidahop.cit.hlm.81-82.
[25] Khuslan Haludi dkk., Integrasi Budi Pekerti dalam Agama Islam., (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2004) hlm 24.

1 comment:

  1. maaf buat para pembaca.. untuk tulisan ayat2 nya tidak terlihat normal.. karena tidak didukung oleh blogger
    saya akan segera memperbaikinnya

    ReplyDelete

Tinggalin kommentar ya :D