A. Pengertian Nabi dan Rasul
Secara
etimologis Nabi berasal dari kata na ba a artinya berita, dalam
hal ini seorang Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT
dengan menerima berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar sa la
yang artinya mengutus. Dalam hal ini Rasul adalah seorang yang diutus oleh
Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar risalah).
Secara
terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih
oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban
menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban
menyampaikan atau membawa misi (ar risalah) tertentu maka dia disebut
juga Rasul[1].
1.
Nama-nama Nabi dan Rasul
Ahmad
bin Hambal (164-241 H) meriwayatkan dalam kitab Musnadnya bahwa jumlah Nabi ada
124.000 orang dan jumlah Rasul ada 315 orang. Namun Allah menerangkan dalam Al
Qur’an hanya 25 Nabi dan Rasul saja, mereka inilah yang wajib kita ketahui dan
wajib pula kita mempercayai kenabian dan kerasulannya, yaitu;
1) Adam
a.s. 11)
Syu’aib a.s. 21) Ayyub
a.s.
2) Idris
a.s. 12)
Musa a.s. 22)
Zakaria a.s.
3) Nuh
a.s. 13)
Harun a.s. 23)
Yahya a.s.
4) Hud
a.s. 14)
Ilyasa’ a.s. 24)
Isa a.s.
5) Salih
a.s. 15)
Yunus a.s. 25)
Muhammad SAW
6) Ibrahim
a.s. 16) Luth
a.s.
7) Ismail
a.s. 17)
Ilyas a.s.
8) Ishaq
a.s. 18)
Daud a.s.
9) Ya’qub
a.s. 19)
Sulaiman a.s.
10) Yusuf a.s. 20) Zulkifli a.s.[2]
2. Sifat-sifat Nabi dan Rasul
Secara
umum setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji sesuai
dengan statusnya sebagai manusia pilihan Allah SWT, baik dalam hal-hal yang
berhubungan langsung dengan Allah SWT secara vertikal maupun dengan sesama
manusia dan makhluk Allah lainnya. Sifat-sifat tersebut adalah;
1)
As Shidqu (Benar)
artinya selalu berkata benar tidak pernah berdusta dalam keadaan bagaimanapun,
apapun yang dikatakan oleh seorang Rasul baik berupa berita, janji, ramalan
masa depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Mustahil seorang Rasul
bersifat Kazib atau pendusta.
2)
Al Amanah (Dipercaya)
artinya seorang Rasul selalu menjaga dan menunaikan amanah yang dipikulkan
kepundaknya, perbuatannya akan selalu sama dengan perkataannya. Mustahil Rasul
bersifat Khianat atau melanggar amanat, tidak seia-kata dan perbuatan.
3)
At Tabligh (Menyampaikan)
artinya seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang diperintahkan oleh Allah
SWT untuk disampaikan. Mustahil Rasul bersifat Kitman atau
menyembunyikan wahyu.
4)
Al Fathonah (Cerdas)
artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran yang
jernih, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Mustahil Rasul bersifat Baladah
atau bodoh, dungu.
5)
Setiap Nabi dan
Rasul Ma’shum artinya terpelihara dari segala macam dosa, baik yang
kecil atau yang besar[3].
B.
Tugas dan Mukjizat Rasul
1. Tugas-tugas Rasul
Semua Rasul yang diutus oleh Allah SWT mempunyai
tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat Tauhid La Ilaha Illallah,
mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah SWT semata menjauhi segala
macam Thagut dan menegakkan agama (Iqamatu Ad Din) Islam dalam
seluruh kehidupan.
Dalam menjalankan tugasnya para Rasul berperan
sebagai Mubasysyirin dan Munzirin artinya memberikan kabar
gembira bahwa Allah SWT akan memberikan keridhaan, pahala dan balasan surga
bagi orang yang beriman, taat, dan memberikan peringatan akan kemarahan dan
azab Allah SWT bagi yang tidak mau beriman dan bagi yang durhaka[4].
Menegakkan agama dan beribadah kepada Allah terkait
dengan iman kepada Allah, malaikat-malaikat, Kitab-kitab, para Rasul dan hari
akhir sebagaimana terkait dengan amal saleh yang dapat membersihkan dan
mensucikan manusia dan menanamkan kebaikan di dalam jiwanya agar mencapai
kesempurnaan materi dan etika dalam kehidupan ini, sehingga siap menerima
kesempurnaan yang lebih tinggi serta lebih kekal[5].
2. Mukjizat Rasul
1)
Pengertian Mukjizat
Dalam
kamus Al Munjid Mukjizat dapat diartikan sebagai perkara yang
menyelisihi keadaan yang biasa berlaku, yang manusia tidak sanggup mendatangkan
yang sepertinya. Definisi Mukjizat menurut rumusan kitab “Itmamud Diroyah”
adalah Suatu keadaan luar biasa yang timbul dari para Rasul, untuk menguatkan
kedatangan mereka dan pengakuan mereka sebagai Rasul[6].
Ulama
memberikan definisi Mukjizat adalah peristiwa yang bertentangan dengan adat
kebiasaan yang diberlakukan oleh Allah untuk Nabi yang diutus agar dia mampu
menegakkan argumentasi dan bukti yang pasti atas benarnya kenabian. Dengan
demikian Mukjizat itu sangat diperlukan sedang menampakkannya adalah wajib agar
tujuan penyampaian risalah bisa terealisir dan argumentasi Allah terhadap
manusia dapat ditegakkan[7].
Untuk
membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk
menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul
dilengkapi oleh Allah SWT dengan Mukjizat yaitu kejadian yang luar biasa (Khawariqul
Adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Kejadian yang luar biasa bisa juga
terjadi pada orang-orang shaleh yang sangat dekat dengan Allah SWT atau yang
lazim disebut dengan Waliullah[8].
2)
Perbedaan Keramat dengan Mukjizat
Keramat
adalah sesuatu yang timbul dari seseorang yang dianggap sebagai kekasih Allah
SWT atau yang lazim disebut Waliullah dan merupakan tanda bahwa Allah
memuliakannya. Bentuk dari keramat itu adalah sifat Istiqomah (teguh
pendirian), memperoleh taufik atau pertolongan untuk langsung terus mengerjakan
ketaatan kepada Allah SWT, bertambahnya ilmu pengetahuan dan amal perbuatan,
juga memberikan petunjuk yang benar kepada seluruh makhluk.
Syekh
Ahmad Rifai mengatakan: Sesungguhnya para Waliullah itu harus menutupi atau tidak
menunjuk-nunjukkan kekeramatan yang diperolehnya sebagaimana seorang wanita
harus menutupi atau tidak menunjuk-nunjukkan darah haidnya. Jadi Keramat itu
berbeda dengan Mukjizat sebab mempertontonkan dan menyiar-nyiarkan Mukjizat itu
adalah wajib agar dengan menggunakannya itu menjadi sempurnalah mentablighkan risalah
dari Allah SWT[9].
3) Fungsi Pokok Mukjizat
a) Sebagai
tanda bukti bahwa orang yang membawa atau memilikinya memang betul-betul
seorang Rasul Tuhan.
b) Sebagai
senjata bagi para Rasul yang mempunyainya dalam menghadapi musuh-musuh yang
menentang.
4) Macam-macam Mukjizat
a) Mukjizat
Kauniyah, yaitu Mukjizat yang bersifat peristiwa alam seperti
terbelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad SAW, dibelahnya laut dan
dipancarkannya air dari batu oleh Nabi Musa a.s.
b) Mukjizat
Syahsiyah, yaitu Mukjizat yang timbul dari tubuh Rasul itu sendiri,
seperti memancarnnya air dari celah-celah jari Nabi Muhammad SAW, menyembuhkan
penyakit buta dan kusta oleh Nabi Isa a.s., dan memancarnya cahaya dari tangan
Nabi Musa a.s.
c) Mukjizat
Salbiyah, yaitu Mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya sama sekali,
seperti Nabi Ibrahim a.s. yang dapat menjadikan api tidak berdaya sama sekali,
yaitu menghapuskan daya membakarnya api itu sehingga Nabi tidak terbakar.
d) Mukjizat
Aqliyah, yaitu Mukjizat yang rasional atau masuk akal contoh adalah
Mukjizat Al qur’an.
Muhammad
Al Husaini Adh Dhawahiri dalam bukunya “Tahqiqut Tam fi
Ilmil Kalam” mengemukakan sistem pembagian yang lain. Dia membagi Mukjizat
hanya ada tiga macam, yang terdiri dari:
1) Mukjizat
Tarkiyah, yaitu Mukjizat yang meninggalkan atau meniadakan, seperti
ketiadaan membakarnya api kepada Nabi Ibrahim a.s.
2) Mukjizat
Fi’liyah, yaitu Mukjizat yang dapat memperbuat sesuatu hal yang oleh
lainnya tidak mungkin dapat dikerjakan, seperti memancarnya air dari
celah-celah jari-jari, menjadi kenyangnya sejumlah tentara Islam dengan hanya
makanan yang sedikit oleh Nabi Muhammad SAW.
3) Mukjizat
Qauliyah, yaitu Mukjizat perkataan contohnya adalah Mukjizat Al qur’an[10].
C.
Rasul-Rasul yang Ulul Azmi dan
Terakhir
1. Rasul Ulul Azmi
Ulul Azmi maksudnya teguh hati,
tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan
segenap tenaga yang dimiliki, hingga akhirnya tercapai juga. Sedangkan
Rasul-Rasul Ulul Azmi adalah para Rasul yang paling banyak mendapat
tantangan, paling banyak penderitaan, tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar
dan terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh
Allah SWT.
Rasul-Rasul yang digelari dengan Ulul Azmi
ada lima orang yaitu;
a) Nabi
Muhammad SAW
b) Nabi
Ibrahim a.s.
c) Nabi
Musa a.s.
d) Nabi
Isa a.s.
e) Nabi
Nuh a.s[11].
Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat
Al Ahqaf ayat 35 yang berbunyi:
÷É9ô¹$$sù $yJx. uy9|¹ (#qä9'ré& ÏQ÷yèø9$# z`ÏB È@ß9$# … ÇÌÎÈ
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang
yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar (Ulul Azmi) …
(QS Al Ahqaf: 35)[12].
Allah
SWT juga telah menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dalam Surat Al
Qur’an Al Ahzab ayat 7 yang berbunyi:
øÎ)ur $tRõs{r& z`ÏB z`¿ÍhÎ;¨Y9$# öNßgs)»sVÏB ZÏBur `ÏBur 8yqR tLìÏdºtö/Î)ur 4ÓyqãBur Ó|¤Ïãur Èûøó$# zNtótB ( $tRõs{r&ur Nßg÷YÏB $¸)»sWÏiB $ZàÎ=xî ÇÐÈ
Artinya: dan (ingatlah) ketika Kami mengambil
Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan
Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh. (QS.Al
Ahzab: 7)[13].
Beberapa Bukti kebenaran Risalah Para Rasul
dibuktikan dengan dalil-dalil Naqly dan Aqly diantaranya;
1)
Pembuktian
Dalil-dalil Naqly
a)
Dinyatakan dan
diberitahukan oleh Allah SWT tentang Rasul-Rasulnya dan Risalah kenabian
mereka.
b)
Dinyatakan dan
diberitahukan sendiri oleh Rasulullah SAW tentang dirinya sebagai Nabi dan juga
tentang saudara-saudaranya Para Nabi dan Utusan-utusan Allah.
c)
Iman dan
Kepercayaan berbilyun-bilyun umat manusia Muslim dan juga selain mereka dari
Ahli Kitab yang beragama Yahudi dan Nasrani semua beriman dan percaya kepada
Rasul-rasul Utusan Allah SWT.
2)
Pembuktian
Dalil-dalil Aqly
a)
Bahwa Allah SWT
menciptakan makhluk-Nya agar supaya
mereka menyembah-Nya.
b)
Bahwa adanya
pahala dan siksa pembalasan adalah merupakan keharusan dari akibat perbuatan
ketaatan dan kemaksiatan yang membekas, berupa membersihkan dan mengotori jiwa[14].
c)
Rububiyah
(kepengaturan) dan rahmat Allah SWT, menghendaki diutusnya Para Rasul kepada
makhluk-Nya untuk mengenalkan Allah kepada mereka dan untuk membimbing mereka
kepada kesempurnaan manusiawinya serta kepada kebahagiaannya di dunia dan di
akhirat[15].
2. Rasul Terakhir
Nabi
Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT
sebagai Rasul yang terakhir sekaligus
Rasul yang utama dari seluruh rangkaian Nabi dan Rasul. Sebagai Nabi yang
terakhir yang telah menyempurnakan bangunan Dinullah dimulai dikerjakan
secara bertahap oleh Nabi dan Rasul sebelumnya.
Beliau
dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah 571 M. Ibunya bernama
Aminah binti Wahab bin Zuhrah bin Abdi Manaf. Bapaknya bernama Abdullah bin
Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Yang kalau diteruskan lebih kurang 17
keturunan lagi bertemu dengan Nabi Ismail a.s.
Pada
umur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah binti Kuwailid seorang janda kaya
bangsawan Quraisy yang dikenal berbudi baik. Umur 40 tahun beliau diangkat
menjadi Nabi ditandai dengan turunnya wahyu pertama di Goa Hira’ ketika sedang
mengasingkan diri untuk merenung (Tahanuts). Pada umur 52 tahun beliau
mengalami satu peristiwa yang luar biasa yaitu Isra’ Mi’raj, peristiwa
ini terjadi pada tahun duka cita (‘Amul Hazni) setelah Khadijah dan Abu
Thalib meninggal dunia[16].
1).
Mukjizat-Mukjizat Nabi Muhammad SAW diantaranya;
a)
Al Qur’an
sebagai Mukjizat abadi.
b)
Dapat membelah
bulan menjadi dua bagian untuk memenuhi tuntutan orang-orang musyrik.
c)
Dapat
menghentikan matahari sesaat, dan juga dapat mengembalikan matahari itu sesudah
terbenamnya.
d)
Dapat
memancarkan air dari celah jari-jari tangannya sehingga dapat menjadikan minum
bagi orang banyak.
e)
Dapat menjadikan
makanan yang sedikit menjadi banyak sehingga mengenyangkan orang banyak.
f)
Dapat mengobati
penyakit-penyakit yang sukar disembuhkan yang
diderita seseorang hanya dengan meraba orang yang sakit atau sekedar
mendoakannya saja.
g)
Dapat menjadikan
debu bisa mengalahkan musuh dengan hanya melempar debu segenggam tangan saja.
h)
Dapat berbicara
dengan anak kecil yang belum pantas berbicara, binatang, pohon dan batu.
i)
Dapat meramalkan
peristiwa yang belum terjadi tetapi kemudian betul terjadi dalam sejarah
sebagai yang diramalkan.
j)
Perjalanan Isra’
Mi’raj yang beliau lakukan pada tahun 621 M[17].
k)
Memiliki dua
telinga yang sempurna dan bisa memancarkan cahaya.
l)
Memiliki suara
yang keras dapat didengarkan dari jarak jauh.
m)
Memiliki air
ludah yang harum seperti bau minyak kasturi.
n)
Bisa berjalan
cepat seakan-akan bumi melipat untuknya sehingga jarak tempuhnya menjadi dekat
meskipun para sahabat susah payah mengikuti tetapi Rasulullah hanya melangkah
biasa saja.
o)
Rambut yang bisa
membuat para sahabat menang dalam melakukan tugas peperangan dan bisa
menyembuhkan penyakit meskipun hanya dibawa helaian rambut tersebut.
p)
Memiliki postur
tubuh yang ideal saat datang dengan kaumnya Rasulullah selalu menonjol
dibandingkan dengan yang lainnya.
q)
Mukjizat pada
keringat Rasulullah baunya yang harum mengalahkan bau minyak ambar,misik
ataupun minyak wangi yang lainnya[18].
2).
Karya-karya kesuksesan Nabi Muhammad SAW diantaranya;
a) Telah
memberantas penyembahan berhala dan kedudukannya diganti dengan iman kepada
Allah dan hari akhir.
b) Memberantas
kekerdilan dan kekurangan orang-orang jahiliyah serta mengganti kedudukan
tersebut dengan keutamaan, kemuliaan, dan etika baik.
c) Menegakkan
agama Islam yang mengantarkan manusia pada tujuan baik dan sempurna.
d) Mencetuskan
revolusi besar yang mampu mengubah undang-undang, rasio, hati dan tatanan hidup
yang dijadikan pegangan dan setandar orang-orang jahiliyah.
e) Mampu
menyatukan orang-orang Arab dan mendirikan negara yang kuat dibawah naungan
panji Al Qur’an[19].
D.
Iman Kepada Rasul-rasul Allah
1. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Keimanan
dalam ajaran Islam adalah merupakan pokok (Ushul) yang daripadanya
keluar cabang-cabang ajaran Islam. Keimanan akan melahirkan perbuatan yang baik
(amal shalih) yang merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Iman dan amal shalih ini biasa disebut juga aqidah dan syariah.
Sedangkan aqidah dan syariah adalah sesuatu satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan sebagaimana halnya satunya suara hati dengan langgam perbuatan[20].
Allah
SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 136 yang berbunyi;
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3t «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( Q.S. An Nisa:136[21]).
Sedangkan
Masjfuk Zuhdi dalam bukunya “Studi Islam Jilid 1: Akidah”
menjelaskan bahwa Iman Kepada Rasul-rasul Allah adalah percaya bahwa Allah
telah memilih diantara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan
Allah. Mereka bertugas menyampaikan kepada umat manusia segala wahyu yang
diterima dari Allah melalui Malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan
yang lurus, serta membimbing mereka dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat[22].
Iman
Kepada Rasul-rasul yang terdahulu dan kitab-kitab serta hukum yang diturunkan
kepada mereka tidaklah berarti membenarkan kitab-kitab mereka yang sekarang
yang telah dirubah dan diganti oleh para pengikut mereka, atau membenarkan
khayalan-khayalan yang mereka ikuti seperti penyembahan Al Masih dan
menganggapnya putra Allah.
Risalah
Nabi Muhammad SAW tidak terputus dari kenabi-nabian terdahulu, bahkan beliau
adalah mata rantai terakhir dari rangkaian risalah Illahi dan
penyempurnaan-Nya. Tidaklah dianggap beriman kepada Nabi Muhammad SAW siapa yang tidak beriman kepada Nabi Musa
a.s., Nabi Isa a.s., Nabi Ismail a.s., dan Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ishaq a.s.,
Nabi Ya’qub a.s., Nabi Dawud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan nabi-nabi yang
lainnya baik yang kita ketahui dari cerita-caerita Al Qur’an maupun tidak.
Dengan demikian agam Islam adalah agama yang mengumpulkan kebenaran murni dari
semua agama terdahulu dan yang merangkum semua pokok ajarannya[23].
2. Manfaat Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman
kepada para Nabi dan Rasul-rasul mempunyai dampak yang positif dalam kehidupan
seseorang diantaranya;
a) Mendidik
orang Muslim agar bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain untuk
menciptakan kerukunan hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara.
b) Memberikan
keyakinan kepada orang Muslim bahwa semua Nabi dan Rasul mempunyai misi suci (Mission
Sacre) yang sama, yakni mengajak umat manusia untuk beriman dan beribadah
hanya kepada Allah SWT serta beramal untuk mencari keridhaannya.
c) Mengetahui
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi penutup atau terakhir yang diberi tugas
untuk menyampaikan ajaran agama yang paling lengkap untuk dijadikan Way Of
Life bagi seluruh umat manusia sepanjang masa[24].
d) Mengamalkan
ajaran yang disampaikan oleh para Rasul Allah SWT, dan menjadikan Rasul sebagai
suri tauladan hidup, baik sebagai pribadi maupun pemimpin umat.
e) Mengetahui
hakikat Rasul diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT[25].
I.
KESIMPULAN
Pertama,Secara
etimologis Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah
SWT dengan menerima berita (wahyu). Sedangkan Rasul adalah seorang yang diutus
oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar risalah). Secara terminologis
Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah SWT
untuk menerima wahyu. Dalam Al Qur’an hanya dketahui 25 Nabi dan Rasul saja.
Kedua, Semua Rasul yang
diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat Tauhid
La Ilaha Illallah, mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah
SWT. Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta
untuk menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul
dilengkapi oleh Allah SWT dengan Mukjizat yaitu kejadian yang luar biasa (Khawariqul
Adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Adapun macam-macam mukjizat
diantaranya Mukjizat Kauniyah, Mukjizat Syahsiyah, Mukjizat Salbiyah,
Mukjizat Aqliyah.
Ketiga, Sedangkan Rasul-Rasul
Ulul Azmi adalah para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan,
paling banyak penderitaan, tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus
berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT.
Rasul-Rasul yang digelari dengan Ulul Azmi ada lima orang yaitu; Nabi
Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad
SAW sekaligus Rasul yang terakhir dan Rasul yang utama dari seluruh rangkaian
Nabi dan Rasul.
Keempat, Iman Kepada
Rasul-rasul Allah adalah percaya bahwa Allah telah memilih diantara manusia,
beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah. Mereka bertugas
menyampaikan kepada umat manusia segala wahyu yang diterima dari Allah melalui
Malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing
mereka dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Catatan Kaki
[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah
Islam, (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta cet.
kedua, 1993) hlm.133.
[2] Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1: Akidah,
(Jakarta Utara: CV. Rajawali, 1988) hlm.66-67.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah
Islam…op.cit. hlm.140-141.
[4] Ibid hlm. 142-143
[5] Sayid Sabiq, Akidah Islam
Suatu Kajian Yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyu, (Surabaya:Al
Ikhlas, 1996) hlm.178.
[6] Humaidi Tatapangarsa,
Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap, (Surabaya: PT. Bina Ilmu cet.ketujuh, 1990)
hlm.143.
[7] Sayid Sabiq, Akidah Islam Suatu Kajian Yang
Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyu .op.cit.hlm.209.
[8] Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah Islam…op.cit.
hlm.144.
[9] Sayid Sabiq, Aqidah Islam
(Ilmu Tauhid), (Bandung:CV. Diponegoro, 1996) hlm.351-352.
[10] Humaidi Tatapangarsa,
Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap…. op.cit. hlm.144-147.
[11] Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah
Islam…op.cit. hlm.146.
[12] Diterjemahkan Lajnah Pentashih
Mushaf Al Qur’an Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya
Departemen Agama RI (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999) hlm.404.
[13] Ibid hlm.334.
[14] Abubakar Jaabir Al Jazaairy,
Pedoman dan Program Hidup Muslim: Pokok-Pokok Dasar ‘Aqidah , (Semarang:
CV. Toha Putra, 1984) hlm 81-88.
[15] Abubakar Jaabir Al Jazaairy,
Pola Hidup Muslim: Minhajul Muslim Aqidah , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
cet. kedua, 1993) hlm 58.
[16] Yunahar Ilyas.,Kuliah Aqidah
Islam…op.cit. hlm.146-149.
[17] Humaidi Tatapangarsa,
Pengantar Kuliah Aqidah Lengkap…. op.cit. hlm.147-149.
[18] Syekh Sa’id bin Abdul Qadir
Basyanfar, Visualisasi Fisik Rasulullah SAW, (Bandung: Irsyad Baitus
Sakan, 2007) hlm 56-164.
[19]Sayid Sabiq, Akidah Islam
Suatu Kajian Yang Memposisikan Akal Sebagai Mitra Wahyu…op.cit.hlm.201-202
[20] Hamzah Ya’qub, Ilmu Ma’rifah
Sumber Kekuatan dan Ketentraman Bathin, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya
cet. Keempat, 2001) hlm 36.
[21] Diterjemahkan Lajnah Pentashih
Mushaf Al Qur’an Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya
Departemen Agama RI …op.cit. hlm.79.
[22] Masjfuk Zuhdi.,Studi Islam
Jilid 1: Akidah…op.cit.hlm.63.
[23] Muhammad Abu Zahrah, Hakikat
Aqidah Qur’ani: Kembali kepada Akidah yang benar Di dalam Qur’an dan hadits.,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1991) hlm 141-143.
[24] Masjfuk Zuhdi.,Studi Islam
Jilid 1: Akidah…op.cit.hlm.81-82.
[25] Khuslan Haludi dkk.,
Integrasi Budi Pekerti dalam Agama Islam., (Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2004) hlm 24.
maaf buat para pembaca.. untuk tulisan ayat2 nya tidak terlihat normal.. karena tidak didukung oleh blogger
ReplyDeletesaya akan segera memperbaikinnya